NH

Sunday, 18 January 2015

Mengurangi Gangguan Spletter

Meskipun jaman sudah semakin modern dengan ditandai oleh kemajuan dan kecanggihan teknologi informasi. Peralatan komunikasi dengan mudahnya diperoleh dan mudah pula untuk pengoperasiannya, begitu juga gadget mulai dari yang sederhana hingga yang android sudah merupakan barang yang tidak asing bagi kehidupan kita sehari-hari.

Akan tetapi kita tak boleh salah menterjemahkan bahwa hal yang demikian akan merubah keadaan menjadi tidak ada lagi orang mempunyai kesenangan ngebreak, karena menggunakan gadget dan ngebreak adalah dua hal yang jauh berbeda dengan sensasi yang masing-masing berbeda pula.


Bahwa saking banyaknya breaker yang mengudara menjadikan frekuensi terasa sangat penuh oleh para breaker baik yang legal maupun yang ilegal. Pemanfaatan frekuensi semakin terasa kurang terkendali sehingga kita tidak usah heran apa bila menjumpai adanya satu frekuensi kerja yang digunakan oleh beberapa Stasiun Organisasi dan beberapa paguyuban ( baca : komunitas ) secara bersama-sama.

Salah satu ketentuan International Telecomunication Union/ITU : kita berkewajiban memahami dan mematuhi bahwa penggunaan spektrum frekuensi untuk kegiatan telekomunikasi yang menggunakan gelombang radio terikat pada prinsip yang diakui secara internasional yaitu : Prinsip tidak saling mengganggu dan sesuai peruntukannya.

Sebagai ilustrasi dari uraian di atas : Adalah Frekuensi Kerja RAPI Wilayah 20 Kabupaten Sukoharjo pada 143.500 MHz yang juga digunakan sebagai Frekuensi Kerja RAPI Wilayah 33 Kabupaten Banjarnegara, selain itu frekuensi tersebut juga digunakan oleh breaker dari Provinsi tetangga. Sementara itu RAPI Kecamatan dari Provinsi tetangga yang lain juga ikut meramaikan frekuensi tersebut bahkan dipasang repeater dengan power output yang besar sehingga semakin parah gangguan terhadap Frekuensi Kerja RAPI Wilayah 20 Kabupaten Sukoharjo.

Oleh karenanya tidak berlebihan apabila kita berusaha mencari solusi untuk permasalahan tersebut, ini hanya sekedar berbagi pengalaman saja, untuk dapat tetap berkomunikasi pada frekuensi yang penuh dengan gangguan spletter, sebagai contoh frekuensi 143.500 MHz kita terpaksa harus menggunakan 2 ( dua ) set radio komunikasi dengan spesifikasi yang berbeda namun pada ferkuensi yang sama. Uraiannya seperti ini : Kita memancar ( TX = Transmit ) menggunakan satu set radio komunikasi yang pertama dengan menutup volume suara ( Mute) dengan spesifikasi : Power lebih besar dari radio yang kedua, antenna lebih tinggi standar base station minimal 10 meter, sementara untuk menerima ( RX = Reaceve ) kita menggunakan radio komunikasi yang kedua dengan tanpa power pun jadi karena hanya sebagai monitor, dengan antenna yang rendah saja atau bahkan cukup dengan antenna larsen, dengan volume disesuaian dengan pendengaran kita. Jadi pada prinsipnya kita memancar dengan radio pertama dan me-monitor dengan radio kedua. Untuk lebih clear lagi diusahakan untuk radio kedua menggunakan radio jadoel seperti Icom IC 2N pokoknya radio dengan komponen belum mikro agar penerimaan tidak terlalu peka ( bahasa Jawa : grapyak ).

Keuntungan dari cara tersebut kita dapat mengurangi gangguan spletter, akan lebih baik lagi apabila frekuensi kerja tersebut menggunakan fasilitas repeater. Sedangkan kelemahannya kita hanya dapat menerima signal kuat yang dipancarkan oleh repeater atau base station karena antenna yang digunakan sangat rendah.
Selamat mencoba.

Semoga bermanfaat.

Ditulis oleh : Mas Sant Tosa/JZ11PMB

No comments:

Post a Comment