STASIUN
KRAP
PERALATAN
DAN PERLENGKAPANNYA
I. STASIUN
KRAP
Ruangan
yang dibutuhkan untuk stasiun KRAP pada saat ini relatif tidak memerlukan
tempat yang luas, hal tersebut disebabkan perangkat komunikasi radio produksi
pabrikan semakin hari semakin kecil bentuk dan ukurannya. Dengan sebuah meja
setengah biro, seorang anggota RAPI sudah dapat menyusun peralatan
komunikasi radio dan perlengkapannya serta cukup ruang untuk menuliskan data komunikasi pada
Logbook.
Sesuai
dengan peraturan yang berlaku seorang anggota RAPI hanya diperbolehkan memiliki
perangkat radio komunikasi yang alamatnya sama dengan alamat pemilik IKRAP, maka
penyelenggaraan stasiun KRAP tentu saja di rumah sesuai alamat yang tertera
pada IKRAP.
Untuk
menentukan letak stasiun KRAP di dalam rumah, akan sangat tergantung dari
situasi rumah, keadaan keluarga serta selera pribadi masing-masing anggota
RAPI. Namun sekiranya perlu diingat bahwa penentuan letak hendaknya jangan
terlalu egoistis, harus selalu diperhatikan kepentingan anggota keluarga yang
lain, karena dukungan keluarga terhadap kegiatan anggota RAPI sangat
diperlukan.
Secara relatif, penentuan letak
stasiun KRAP akan sangat mudah apabila di dalam rumah hanya ada satu alternatif
saja. Makin besar rumah dan makin banyak alternatif untuk meletakkan perangkat
KRAP serta makin banyak anggaran yang tersedia untuk itu, maka pengambilan
keputusan menjadi makin tidak mudah.
Beberapa anggota RAPI menyenangi
letak stasiun KRAP di dalam kamar tidur sehingga tidak mengganggu anggota
keluarga lain yang sedang menikmati siaran TV, sedang belajar atau sedang
menemui tamu. Bila tengah malam propagasi
bagus, dengan mudah dapat menggunakan perangkat komunikasi yang dimilikinya.
Sementara anggota RAPI yang lain
menyenangi letak stasiun KRAP dekat dengan dapur agar mudah mengambil air minum
atau dekat kamar mandi. Kesemua itu sangat tergantung kepada keadaan
masing-masing anggota RAPI untuk mencapai kesesuaian operating yang optimal.
Sudah barang tentu apabila tersedia sebuah kamar yang belum digunakan akan
sangat cocok dimanfaatkan sebagai ruangan stasiun KRAP.
Cara mengatur letak peralatan agar
sedemikian rupa sehingga memudahkan pemasangan dan pencabutan kembali kabel
coaxial dan transceiver, memudahkan pemasangan dan pencabutan kembali kabel
power supply dan jaringan listrik.
Hal tersebut sangat penting untuk
tindakan keamanan dan antisipasi kemungkinan bahaya petir terutama pada musim
penghujan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kerapian letak kabel-kabel
penghubung untuk menghindari salah sambung yang dapat mengakibatkan kerugian
besar. Pemberian tanda-tanda yang cukup jelas dimengerti dan mudah terbaca,
baik untuk kabel-kabel coaxial maupun kabel-kabel penghubung lainnya. Setiap
hubungan hendaknya menggunakan socket. Penggunaan berbagai jenis socket yang
tepat dapat menghindarkan salah sambungan.
Grounding adalah suatu hal yang
seringkali diabaikan, padahal fungsinya sangat penting, ground ini sangat
penting untuk keamanan dari bahaya hubungan singkat di samping itu juga penting
agar pancaran radio dapat lebih sempurna. Untuk itu letak stasiun KRAP makin
baik bila makin mudah mencapai ground. Ground yang paling mudah dan cukup
handal adalah dengan cara memasukkan kabel tembaga yang cukup besar ke dalam
sumur.
II. TRANSCEIVER
RIG |
Pemilihan transceiver perlu
mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh, dapat menggunakan RIG atau Handy
Transceiver ( HT ) tergantung daya pancar yang akan digunakan. Pemilihan
transceiver yang memiliki kestabilan
osilator perlu juga mendapatkan perhatian agar pancaran tidak menimbulkan
harmonik frekuensi yang berlebihan sehingga menimbulkan spletter dan masuk ke frekuensi lain yang mengakibatkan gangguan
bagi sesama pengguna frekuensi.
Handy Transceiver ( HT ) |
Bagi anggota RAPI yang menggunakan perangkat
transceiver buatan pabrik, tersedia berbagai macam pilihan jenis serta merk.
Untuk dapat melakukan pemilihan yang tepat, maka harus diperhatikan
ketentuan-ketentuan yang berlaku, harus disesuaikan antara power, kelas emisi,
maupun lebar frekuensi harus mematuhi ketentuan yang berlaku bagi
peyelenggaraan kegiatan KRAP.
Pada pembelian perangkat second hand perlu diperhatikan powernya,
jangan sampai melebihi apa yang tercantum pada spesifikasi. Power sebuah
transceiver buatan pabrik dapat diubah menjadi lebih besar dari spesifikasinya,
akan tetapi ini akan memperpendek usia pakai dan dapat menimbulkan adanya
gangguan-gangguan.
Perlu diperhatikan pula adanya fuse
( sekering ) pada kabel penghubung transceiver dengan power supply. Fuse ini
terhubung dengan dioda pengaman yang terdapat di dalam radio transceiver,
berguna agar apabila hubungan plus ( + ) dan minus ( - ) ke power supply
terbalik, maka ia akan putus sehingga transceiver terhindar dari resiko menjadi rusak.
III. ANTENA
DAN PEMASANGANNYA
Jenis antena yang paling sederhana
adalah antena Dipole, cukup dengan membentangkan seutas kawat sepanjang
setengah lambda diikatkan pada dua batang pohon. Jenis antena berikutnya adalah
antena Ground Plane dan yang lain lagi adalah antena Yagi. Antena Yagi adalah
antena yang dapat diarahkan menuju titik tujuan pada arah tertentu, antena ini
memberikan kekuatan signal lebih besar dibanding dengan antena Dipole. Namun yang sering digunakan
untuk band frekuensi VHF adalah antena Telex Hi Gain.
Mengenai cara memasang antena
perlu pula mendapat perhatian. Secara ekstrem dapat dikatakan bahwa memasang
antena VHF dipuncak gunung akan dapat mencapai jangkauan yang sangat jauh dan
meletakkan antena HF di dekat laut akan sangat menguntungkan. Namun dalam
kebanyakan hal pemilihan tempat yang demikian tidak mungkin sehingga tempat
memasang antena merupakan kompromi dari apa yang dimiliki.
Namun ada petunjuk yang dapat
dijadikan patokan tentang posisi antena adalah sebagai berikut : Pertama
posisikan pada ketinggian yang cukup agar mampu memberikan hasil baik; Kedua posisikan jauh dari antena TV,
jaringan listrik dan jaringan telepon, sekurang-kurangnya sejauh 5 meter; yang
Ketiga hindarkan bentangan Dipole sejajar dengan kabel listrik maupun kabel
telepon.
Antena mempunyai dua fungsi
penting ialah mengubah getaran listrik yang dihasilkan oleh transmitter menjadi
gelombang elektromagnetik yang kemudian memancar menuju ke sasaran, yaitu lawan
bicara dalam berkomunikasi, Fungsi kedua adalah sebaliknya menerima pancaran
gelombang elektromagnetik dari lawan bicara dan mengubahnya menjadi getaran
listrik yang kemudian oleh receiver diolah sehingga menjadi informasi.
Dengan demikian dapat dipahami
bahwa antena mempunyai peranan yang sangat penting pada keseluruhan sistem
komunikasi radio. Makin bagus antena makin jauh dapat memancarkan gelombang
radio . Dengan antena yang tidak baik, maka sekalipun transceiver kita adalah
yang tercanggih di dunia, tidak akan mampu berbuat banyak. Keberhasilan dalam
penyelenggaraan komunikasi radio yang baik sangat tergantung dari sistem
antena.
Antena dapat dibuat sendiri
dengan amat mudah, jauh lebih mudah daripada membuat peralatan yang lain.
Biayanya pun relatif sangat murah, padahal fungsinya amat menentukan. Antena
dapat disempurnakan disainnya setiap waktu dengan tanpa membeli bahan yang
baru.
IV. SWR METER
SWR |
SWR adalah singkatan dari
Standing Wave Ratio yaitu perbandingan antara arus maksimum dengan arus minimum
atau perbandingan antara voltage maksimum dengan voltage minimum. Sedangkan
yang sudah dikenal oleh para anggota RAPI selama ini adalah SWR meter yang berisi SWR bridge berguna untuk mengukur
besarnya Standing Wave Ratio dari suatu transmission
line yang menghubungkan transceiver dan antena. Alat semacam ini dilengkapi dengan power
meter dan field strength meter.
SWR merupakan alat yang sebaiknya
dimiliki oleh anggota RAPI, alat ini dipasang di antara transceiver dan kabel coaxial yang menuju ke antena. Field strength meter digunakan untuk
mengukur kuat pancar transceiver dengan antena tertentu. Kuat pancar diukur
pada jarak tertentu dan arah tertentu, selanjutnya dibandingkan dengan kuat
pancar pada arah lain.
Indikator SWR meter sedapat mungkin
menunjukkan angka serendah-rendahnya yaitu 1,1 ( satu koma satu ) atau antena match, apabila SWR meter
menunjukan angka di atas 1,5 ( satu koma lima ) berarti antena mismatch. Dalam keadaan tidak match apabila dipaksakan
digunakan untuk berkomunikasi terus menerus dan dalam jangka waktu lama
transceiver akan panas yang akan mengakibatkan final rusak, tentunya suatu hal yang sangat tidak diinginkan bagi
anggota RAPI .
Indikator SWR meter harus selalu
dijaga pada angka paling rendah, supaya transceiver menjadi awet dan dapat memancar pada range frekuensi yang lebar sehingga
tidak memerlukan SWR tuner. Akan
lebih baik lagi apabila SWR meter tetap terpasang sehingga apabila terjadi
perubahan matching antena dapat segera diketahui dan segera dapat diantisipasi
serta tidak berakibat rusaknya transceiver. Namun demikian perlu disadarai
bahwa pemasangan SWR meter tersebut mengakibatkan sedikit losses sebagai harga yang harus dibayar untuk sebuah keamana
transceiver .
V. TOWER
1. Tower
Susun
Tower jenis ini terbuat dari rangka besi beton atau pipa kecil disusun berbentuk
prisma segi tiga atau segi empat. Agar tower ini dapat
berdiri tegak maka diperlukan kawat baja penegang ( spanner ). Gunakan kawat
untaian serabut baja, kawat tunggal akan lebih mudah putus dan juga sulit
ditekuk.
Untuk menjaga agar kawat penegang
tidak resonansi terhadap antena, maka kawat dibagi dalam beberapa bagian yang
di antaranya diberikan isolator. Kabel penegang ditambatkan ke tanah dengan
tiang pancang yang kokoh pada jarak 60 sampai 80 persen dari tinggi tower,
diukur dari dasar tower.
Tower jenis ini banyak digunakan
untuk pemasangan antena radio komunikasi baik untuk point to point atau pun
repeater.
Kelebihan tower jenis ini antara
lain adalah bahwa bongkar pasangnya relatif gampang, sehingga memberikan kemudahan
untuk dipindah-pindahkan bila diperlukan. Tower susun relatif akan memerlukan
tempat yang luas untuk menambatkan kabel penegang.
- Free Standing Fixed Tower
Tower jenis ini terbuat dari rangka besi berbentuk huruf L disusun berbentuk
piramid segi empat. Untuk tegak berdiri tower ini tidak memerlukan
kawat penegang ( spanner
) karena sudah ditopang oleh pondasi beton yang sangat kuat
VI. POWER
SUPPLY
Power supply berfungsi mengubah
daya listrik yang berasal dari PLN yang berupa arus bolak-balik ( AC=Alternating Current ) menjadi arus
searah ( DC=Direct Current )
sekaligus sebagai penyedia catu daya yang dibutuhkan oleh transceiver. Power
supply dapat dibuat sendiri dengan mudah, hasilnya akan lebih handal dari pada
membeli power supply dengan merk yang belum terkenal. Yang perlu diperhatikan
pada power supply adalah jangan sampai terjadi voltage drop pada saat diberikan beban maksimum karena dapat
mengakibatkan kerusakan pada transceiver.
Pembelian power supply untuk
merk-merk yang belum terkenal, perlu diperhatikan komponen-komponennya, secara
visual dapat diperhatikan besarnya trafo dan besarnya kondensator untuk dapat
memperkirakan secara visual kemampuannya.
Setelah itu perlu ditest dengan
pembebanan. Jangan percaya begitu saja pada tulisan yang tertera pada box power
supply tersebut. Kelengkapan voltmeter
dan amperemeter pada power supply
adalah sangat penting agar dapat mengontrol setiap saat voltage dan ampere yang
dihasilkannya demi keawetan transceiver.
VII. KABEL
COAXIAL
Kabel coaxial berfungsi menyalurkan
getaran listrik yang dihasilkan oleh transceiver ke antena dan sebaliknya
menyalurkan getaran listrik dari antena ke receiver. Untuk penyalur getaran
listrik dari dan ke antena tersebut di atas, dapat digunakan berbagai macam kabel
ialah kabel tunggal, twin lead ( seperti untuk TV hitam putih ), kabel paralel
( seperti tangga tali ) dan dapat pula menggunakan kabel coaxial.
Di pasaran terdapat berbagai macam
merk dan berbagai macam ukuran besarnya. Besarnya kabel coaxial akan banyak
berpengaruh pada losses, makin besar ukurannya, losses cenderung makin kecil.
Di samping ukuran besarnya, maka kabel coaxial mempunyai ukuran yang penting
ialah impedansi. Biasanya transceiver
mempunyai impedansi 50 ohm. Apabila kabel coaxial terlampau panjang, untuk
merapikannya jangan digulung sehingga merupakan lingkaran, karena hal ini akan
dapat mempengaruhi impedansinya,
VIII. KESIAPAN
TEKNIS STASIUN
Sebelum melakukan kegiatan KRAP
disarankan agar mengecek segala sesuatu yang berkaitan dengan perangkat KRAP
dan perlengkapan pendukungnya, di antaranya:
1. Konektor antena, apakah sudah terhubung ke
transceiver dengan baik.
2. Power suply, yang diperoleh dari
accu atau listrik PLN apakah sudah terpasang
dengan baik.
Sebelum mulai melakukan komunikasi radio perangkat
komunikasi harus diatur , sehingga :
1.
Tidak mengeluarkan daya melebihi
daya maksimum yang diizinkan untuk tiap-tiap perangkat.
2. Tidak mengeluarkan interferensi/spletter yang merugikan yang dapat
mengganggu stasiun radio dan peralatan
lain.
3.
Lebar band dan
pancarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
IX. DOKUMEN
KELENGKAPAN STASIUN
Sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku, maka setiap stasiun KRAP harus dilengkapi :
a. Foto Copy IKRAP
b. IPPKRAP Asli
c. Papan Nama
d. Buku Pedoman Komunikasi
e. Buku Peraturan dan
Ketentuan tentang KRAP.
f. Logbook ( Lampiran 6 ) Persyaratan Logbook adalah sebagai berikut :
1. Berisi
data-data percakapan yang terdiri atas :
a. Hari, tanggal, bulan dan tahun.
b. Jam berkomunikasi.
c. Nama Panggilan dan posisi
stasiun lawan bicara.
d. Band frekuensi.
2. Logbook harus mempunyai halaman
urut.
3. Setelah Logbook penuh, harus disimpan agar
bila dibutuhkan mudah mencarinya.
Perlengkapan lain dari
penyelenggara KRAP dapat berupa :
a. Jam dan kalender, diperlukan untuk setiap penyelenggara KRAP guna
mengisi logbook dan logsheet. Penggunaan jam dengan display angka sampai 24
akan lebih memudahkan operasi.
b.
Peta, penting untuk menentukan arah antena, agar dapat mengetahui
letak dan jarak stasiun lawan bicara
yang bersangkutan sehingga arah antena tepat sasaran.
d. Tabel alokasi frekuensi, berguna untuk mengetahui posisi stasiun
yang sedang berkomunikasi.
e. Kebiasaan mengisi Logbook, merupakan hal yang sangat menguntungkan,
karena komunikasi yang telah dilakukan selalu tercatat, bila sewaktu-waktu
dibutuhkan tinggal mencarinya dengan mudah.
X. PERALATAN PELENGKAP
1. AVO METER
Alat ini berfungsi sebagai alat
ukur Ampere, Voltage baik AC maupun DC serta mengukur besarnya tahanan sehingga
bila pada suatu saat terdapat gangguan pada transceiver dapat segera diperiksa sebab-sebabnya
sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
2. TOOLKIT
Tersedianya toolkit pada stasiun
KRAP memungkinkan diatasinya gangguan-gangguian kecil secara baik. Penggunaan
alat yang tidak tepat akan dapat merusakkan transmitter dan perelengkapan
perangkat lainnya.
3. SOLDER DAN PATRI
Tersedianya solder dan patri pada
stasiun KRAP akan sangat bermanfaat, untuk memungkinkan gangguan pada
sambungan-sambungan dapat segera teratasi. Timah patri atau biasa disebut tenol
untuk ini biasanya digunakan yang angkanya 60/40.
--oOo--
Kalo punya ht tapi ga ada verkuensi dari jaringan gimna Pak ?
ReplyDeleteKalo punya ht tapi ga ada verkuensi dari jaringan gimna Pak ?
ReplyDeleteAda no wa untuk reg d rapi ga yua?
ReplyDeleteAda no wa untuk reg d rapi ga yua?
ReplyDeletetrims infonya
ReplyDelete